3.17.2005

Surat yang Resah

Sepucuk surat ini menang penghargaan 'My Dear valentine' dari Boleh.Com. Congrats buat Unie.

Sepucuk Surat Diantara Malam

Sayang, kutuliskan surat ini untukmu dan kukirimkan hanya untukmu. Sayang, di setiap goresan huruf-hurufku ini, dapatkah kau merasakan alunan rinduku?. Ya sayang, aku menuliskan surat ini disaat kau tak ada dan kau entah dimana. Hingga semalaman ini aku masih terjaga. Mungkin kau akan memberi kabar lewat hembusan angin malam, lewat bintang-bintang atau mungkin lewat sinar bulan. Dan aku akan setia duduk disini dengan penaku. Dan jika kau benar-benar datang nanti, akan kulukiskan indah rupa sosokmu. Kan kutuliskan setiap momen saat-saat bersamamu.Dan nanti akan kusimpan di lubuk hatiku yang terdalam.

Sayang, sudahkah kau temukan apa yang kau cari? Sayang, kemanapun kau pergi, aku akan selalu berada disisimu. Di setiap langkahmu, aku adalah bayang jejakmu. Di setiap perjalananmu, aku akan berada di ujung jalan yang kau tuju. Jangan pernah sedih dan gelisah, karena aku selalu berada di dalam mimpimu. Dan pada saatnya nanti, aku akan menunggu di dermaga kasih untukmu.

Sayang, masih banyak yang ingin kutuliskan untukmu. Kata kasih dan rindu untukmu. Karena dalam kemayaan yang ada, cintamu adalah kenyataan yang sempurna

Luv,
-Nie

3.16.2005

Janji Sebuah Petualangan

Kata Petualangan bisa berarti banyak. Petualangan bisa merujuk pada 'bepergian dan tidak tinggal menetap' dan atau 'mengembara' (mengembara sendiri bisa punya banyak arti) tapi petualangan bisa juga mempunyai arti yang 'negatif' yaitu sebuah perbuatan yang dilakukan dengan tidak jujur.


janji sebuah petualangan
selalu memikat

undangan ke pantai, pulau terpencil
ke hutan, menerabas belukar

berjalan di permadani bumi yang luas
menemukan apa yang belum pernah ditemukan

ajakan ke lautan
menarik gelombang seperti tambang

janji sebuah petualangan
selalu memikat


Petualangan memang selalu memikat. Hal yang baru selalu menggoda. Setiap petualangan punya persimpangan. Jalan mana yg harus ditempuh?

This is one of my fav poetry.

Kriing-nya bang Andi..

Puisi 'Kriing....' yang dituliskan oleh Andi Sururi di sururi.blogspot.com menurut saya:

Pemilihan kata 'kamu' memang bisa menunjukkan keakraban tertentu. Kriing juga bisa berarti banyak, tapi di sini saya anggap ini adalah dering telepon.

Kriing…
Kamu?
Ooh, kamu…

Kriing…
Kamu?
Sebentar...


Kriing…
Kamu?
Salah sambung!


Seperti puisi lain yang sarat makna. Bait ini bisa juga diartikan 'keengganan' 'si penerima telepon'-saya lebih suka menyebutnya begitu- untuk menerima telepon (entah dari siapa? dari penulis?)Makanya si kamu ini 'mengungkapkan' alasan seperti sebentar.. dan salah sambung!untuk 'mengacuhkan' telepon itu.


Kriing…
Kamu?
Ini aku….


Happy ending?.. paling tidak si penerima telepon membiarkan si penelepon 'memperkenalkan' dirinya.. :D

3.14.2005

Dering Telepon yang Mencekam!

Semacam puisi berjudul 'Kriing....' dituliskan oleh Andi Sururi di sururi.blogspot.com. Karya itu sarat dengan muatan kegalauan.

Nampak kegalauan itu, kalau boleh ditebak, berasal dari hasrat yang cukup dalam menanti panggilan telepon dari seseorang. Pilihan kata 'kamu' bisa menunjukkan keakraban tertentu, jadi boleh diduga itu adalah penantian akan seorang kekasih atau calon kekasih atau juga mantan kekasih.

Kriing…
Kamu?
Ooh, kamu…

Kriing…
Kamu?
Sebentar...

Kriing…
Kamu?
Salah sambung!

Kriing…
Kamu?
Ini aku….


Hmm.. sebuah penantian yang terpenuhi. Happy ending atau ... ?

3.09.2005

Ketika Pekat Mengetuk

Puisi berjudul 'tuk ttuk tuk ada pekat' yang dituliskan Hes di ManteraKata tampaknya berusaha mengeksplorasi suara-suara dari bentuk metafisik (tak nyata) menjadi seakan-akan nyata.

apa ini mengetuk-ketuk kepalaku
kata ketuk -ketuk itu 'pikiranmu sakit'
ditambahkannya sedikit
'kau sudah tamat'


Bait tersebut agaknya berusaha menampilkan semacam 'bisikan halus' atau 'suara hati nurani'. Namun dalam bait berikutnya, Hes menampilkan sosok lahiriah si pengetuk.

aku mendongak memandang si pengetuk
jangan tampakkan wajahmu di sini
aku belum mati
darah ini bukan membercak sebagai jejak

pengetuk sedikit ketuk tanganku yang bergetar hebat
'ada nanah menggumpal dalam hatimu'
ia menegakkan kepalanya
sedikit bergeser ke arah barat


Lalu puisi ini bicara tentang pemberontakan. Seakan-akan hendak menghindari sesuatu yang bernama takdir. Pemberontakan itu tergambar dalam bait berikut

aku berteriak
'nanah itu setan'
aku tersungkur di tanah
pengetuk itu pergi


Kemudian 'telapak tangan' yang entah milik siapa dan darimana asalnya tampil di bait terakhir. Agaknya penulis berusaha menggambarkan sebuah kondisi 'cahaya di ujung terowongan' atau semacam 'happy ending'. Mungkin telapak tangan ini adalah simbolisasi sebuah penyelamatan?

telapak tangan mengusap wajahku
'kita punya sesuatu yang bernama jangan menyerah'
aku ingin sekali sadar
bersandar di antara kau dan mimpi kita


Satu yang saya hendak kritisi dari puisi ini adalah judulnya. Dengan permainan bunyi yang menarik, sebenarnya judul itu cukup menggelitik.

Namun, 'pekat' yang ditampilkan dalam judul adalah sebuah kata sifat yang tidak berwujud. Pekat apa yang dimaksud dalam judul itu? 'Hitam Pekat'? 'Gelap Pekat'?

Tentunya 'pekat' lebih sering diasosiasikan dengan kata-kata seperti itu (gelap, malam, hitam dan sejenisnya), sehingga bisa diduga hal itulah yang diinginkan sang penyair. Mungkin asosiasi semacam itulah yang memang ingin dihadirkan Hes.